1. Startup

Membudayakan Aspek Wellness Melalui Platform Kesehatan dan Pengembangan Diri

Tiga startup membawa aspek wellness dalam mengembangkan layanan kesehatan preventif, parenting, dan kualitas diri

"Prevention is better than cure", begitu kata banyak orang.

Sayangnya, layanan kesehatan kuratif justru lebih akrab ketika kita jatuh sakit, baik lewat obat-obatan atau perawatan di fasilitas kesehatan. Anggapan ini mulai berbalik selama tiga tahun terakhir. Pandemi Covid-19 memantik kesadaran kita untuk punya well-being lebih baik lewat pencegahan penyakit.

Meningkatnya awareness masyarakat ditangkap sebagai peluang untuk menghadirkan aksesibilitas layanan wellness. Dari wawancara dengan Fita, Mindtera, dan PrimaKu---tiga pengembang platform dengan aspek wellness, DailySocial.id mendapat temuan menarik yang tak sekadar bicara soal ekosistem layanan, tetapi juga pendekatan pasar dan hasil akhirnya.

Seputar wellness di Indonesia

Menurut kamus American Psychological Association (APA), well-being digambarkan sebagai keadaan individu dengan kualitas hidup yang baik, bahagia, tingkat stresnya rendah, serta sehat secara fisik dan mental.

Mengacu laporan Statista, kategori wellness berbasis teknologi mencakup aplikasi tracker kesehatan, aktivitas olahraga, pemantau stres, dan layanan penyembuhan di rumah. Total pendapatannya diproyeksi menyentuh angka $12,23 juta dengan CAGR 11,4% pada periode 2022-2027.

CEO Fita Reynazran (Rey) Royono menilai bahwa sektor layanan wellness di Indonesia belum terbentuk, industrinya masih mengeksplorasi produk dan model bisnis yang tepat. Didorong pula oleh faktor rendahnya biaya pengeluaran masyarakat untuk layanan kesehatan.

Namun, dalam perjalanannya membangun platform kesehatan dan workout, Rey melihat semakin banyak pemain yang berupaya mengonversi pain point lain ke dalam solusi yang beragam. Salah satu tren yang tengah bergeser adalah 'health and fitness' menjadi 'health and beauty'.

Kesehatan mental, nutrisi, hingga kecantikan dalam sekop wellness / Sumber: DS/X Ventures

Cakupan layanan well-being atau wellness di Indonesia pun semakin berkembang. Peruntukkannya tidak cuma membuka akses pada kegiatan olahraga, ada telekonsultasi untuk kesehatan mental. Target pasarnya tidak melulu masyarakat umum, bisa juga segmen B2B (contoh: korporasi, pemilik fasilitas gym) atau kategori spesifik, seperti orang tua (parenting).

Mindtera adalah salah satunya, platform pengembangan kualitas diri yang beririsan dengan aspek well-being. Menurut Co-Founder dan CEO Mindtera Tita Ardiati, Mindtera memiliki fokus untuk mendorong kecerdasan sosial dan emosi. Jika ini tercapai, dampaknya bisa sangat luas bagi kehidupan manusia, misalnya mampu mengelola stres atau meningkatkan produktivitas kerja.

Mengutip sejumlah jurnal, Tita menyebut bahwa orang Indonesia cenderung kesulitan mengelola stres, bahkan kondisi ini sering dikaitkan dengan kesehatan mental. Padahal, setiap orang bisa mengalaminya. Sayangnya, ujar Tita, belum banyak kurikulum komprehensif yang mencakup dua kecerdasan tersebut di Indonesia.

Sementara, Co-Founder dan CEO Primaku Muhammad Aditriya Indraputra mengambil angle yang lebih spesifik dalam membawa aspek wellness, yakni membantu orang tua untuk memonitor tumbuh kembang anak. Mengasuh anak tidak mudah, sering kali melelahkan secara fisik dan emosional.

"Memantau tumbuh kembang anak merupakan upaya kolektif, sehingga kami berupaya menghubungkan pemangku kepentingan di ekosistem pediatrik. PrimaKu menjadi open platform,enabler bagi pemain di sektor ini agar ekosistemnya berkembang. Kita masih mencari cara terbaik untuk memahami model yang tepat karena industrinya masih cukup baru," tutur pria yang karib disapa Didit ini.

Pendekatan pasar

Kendati awareness sudah meningkat, tak berarti orang akan langsung menggunakan layanannya. "Justru bagaimana caranya untuk membuat mereka semakin interested and invested in wellness. Dan ini bukan untuk layanan olahraga saja, tetapi juga apa yang mereka konsumsi," tambah Rey.

Fita yang awalnya menyediakan akses layanan workout, mulai memperkenalkan skema berlangganan sejak 2022. Klaimnya, model langganan ini berhasil diterima pasar dan pendapatan Fita naik 10 kali lipat (YoY) pada 2023 (year-to-date/YTD). Pendekatan lainnya, ia juga memanfaatkan jaringan milik induk usaha Telkomsel untuk memperkenalkan layanan Fita dengan bundling produk telekomunikasi. Ia mengklaim transaksinya juga tumbuh signifikan.

"Sejak awal, kami memulai tidak hanya untuk exercise saja, tetapi lebih holistik. Saat ini, kami juga kembangkan platform B2B2C yang menghubungkan ke mitra-mitra kami di ekosistem ini. Maka itu, kami sedang memaksimalkan strategi kami lewat bundling dan platform B2B2C dengan meningkatnya perkembangan wellness saat ini. Masih banyak yang dapat di-leverage," tutur Rey,

Roadmap pengembangan platform Fita / Sumber: Fita

Berbeda cerita dengan Mindtera yang awalnya membidik segmen B2C. Namun, kebutuhannya justru banyak datang dari B2B karena perusahaan mengalami kesulitan mengelola organisasi akibat pandemi. Pemberlakuan Work From Home (WFH) memengaruhi produktivitas karyawan dan memicu stres. Kondisi tersebut bahkan berlanjut hingga pandemi usai.

Sejak kuartal III 2022, Mindtera pun memutuskan untuk pivot model bisnis sepenuhnya ke B2B. Produknya tetap sama dengan kurikulum yang dirancang sendiri. Tita berujar bahwa kebutuhan terhadap employee well-being dan talent development di Indonesia belum dianggap sebagai prioritas.

"Fokus kami adalah employee well-being dan talent development. Makanya, kami sering dikira [platform] HR tech. Selama pivot, kami sudah bereksperimen hingga menemukan strategi yang pas untuk akuisisi dan mendapat pendapatan lebih cepat. Bagi kami, strategi ini adalah network sales karena B2B lebih cenderung ke koneksi, kredibilitas, dan awareness corporate."

Model bisnisnya berlanggan setahun; perusahaan mendapat (1) laporan kinerja dan penilaian karyawan (2) insight karyawan dan tindakan rekomendasinya, dan (3) membantu HR mempersiapkan training development. Tita menyebut bahwa Mindtera telah mencapai sejumlah milestone signifikan setahun pasca-pivot. Ada hampir 10.000 registran karyawan yang dikelolanya saat ini.

Mengukur wellness

Berbeda dengan digitalisasi di sektor lain, layanan wellness punya metrik variatif yang dapat mengukur kesehatan fisik maupun kesehatan mental. Pada aspek fisik, kita dapat mengetahui kalori yang terbakar lewat perangkat fitness tracker atau memanfaatkan AI untuk memantau akurasi gerakan.

Namun, lebih dari itu, Tita menilai pemanfaatan teknologi dapat membantu pengguna untuk membuat keputusan. Konteksnya, sebuah perusahaan dapat memahami dengan cepat dinamika yang terjadi di dalam. Perusahaan bisa segera mengambil keputusan strategis untuk mengatasi isu tersebut.

"Solusi kami bukan untuk mengatasi isu administrasi, melainkan mengatasi human problem. Divisi HR sering kali dihadapkan pada tugas administratif. Sementara, assessment hanya setahun sekali tanpa tahu behavior mereka. Padahal mereka harus memiliki strategic thinkingand planning untuk mengembangkan [kualitas] karyawannya," jelasnya.

More Coverage:

Output penggunaan solusi Mindtera / Sumber: Mindtera

Solusi ini tercermin dari laporan perusahaan berbentuk agregat, misalnya produktivitas perusahaan meningkat hingga 69%. Adapun, data yang tampil tidak menunjukkan hasil assessment per karyawan untuk menghindari informasi yang berkaitan dengan isu personal.

Sementara, PrimaKu mengacu pada standar WHO dan CDC untuk mengetahui perkembangan anak. Ada assessment awal yang diukur lewat indikator umur, tinggi, hingga berat badan. Ada pula fitur untuk mengetahui perkembangan sensorik, motorik, dan kognitif anak.

Indikator ini bisa membantu orang tua untuk memahami masalah awal, lalu bisa diarahkan langsung ke telekonsultasi atau konsultasi di faskes. Per 2022, PrimaKu mencatat 97% anak di platformnya memiliki growth condition yang berkembang.

"PrimaKu tetap pada posisinya sebagai open platform untuk ibu, dokter anak, dan fasilitas kesehatan. Ini memungkinkan adanya inovasi dan kolaborasi dengan siapapun di ekosistem pediatrik. Ada banyak use case yang dikembangkan. Namun, PrimaKu harus bisa memilih mana yang dapat ditransformasi, mana yang cukup di-enable. Ini supaya tidak salah prioritas untuk menggunakan investasinya."

Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again

Sign up for our
newsletter

Subscribe Newsletter
Are you sure to continue this transaction?
Yes
No
processing your transaction....
Transaction Failed
Try Again