22 June 2017

by Glenn Kaonang

Mengenal itemku, Online Marketplace yang Berfokus pada Jual-beli Barang dalam Game

Tidak lagi via forum, jual-beli akun game, mata uang maupun item dalam game kini bisa dilakukan secara aman

Pernah memainkan game online macam Ragnarok, RF Online, Dragon Nest atau Point Blank? Kalau iya, Anda pastinya tidak asing dengan istilah jual-beli akun maupun berdagang item serta mata uang dalam game. Ya, benda-benda virtual ini merupakan komoditas yang tidak asing di kalangan gamer.

Selama ini, proses jual-beli tersebut banyak mengandalkan forum-forum seperti Kaskus atau malah kontak langsung antara pembeli dan konsumen via pesan instan. Absennya pihak yang memonitor transaksi membuka celah untuk berbagai macam kasus penipuan. Yang namanya penipuan, pembeli maupun penjual sama-sama bisa menjadi korban.

Penipuan dalam jual-beli benda-benda virtual (virtual item trading) ini kian diperparah karena kebanyakan transaksi berlangsung 100% secara online, dan lagi barangnya bisa dibilang tidak berwujud. Alhasil, penjual merasa sulit mendapat kepercayaan, dan konsumen sendiri takut uangnya dibawa kabur tanpa mendapat apa-apa.

Masalah-masalah seperti ini dilihat oleh perusahaan asal Korea Selatan, Five Jack, sebagai peluang untuk membuka bisnis online marketplace yang berfokus pada virtual item trading. Di tahun 2015, berdirilah itemku. Anda boleh menganggapnya sebagai Tokopedia-nya benda-benda virtual, tapi berdasarkan percakapan via email saya dengan Virdienash Haqmal selaku Chief Product Officer itemku, mereka punya visi yang lebih besar dari itu.

Memberikan layanan terbaik untuk para gamer merupakan salah satu visi itemku. Istilah kerennya, “we make gamer’s heaven” kalau kata beliau. Indonesia memang merupakan target pasar utama itemku saat ini, akan tetapi Five Jack rupanya sudah punya rencana ekspansi ke negara-negara lain yang akan mereka eksekusi mulai tahun ini juga.

Peluang ekspansi itemku memang terbilang lebih besar jika dibandingkan dengan online marketplace lain. Salah satu alasannya adalah karena mereka sama sekali tidak memerlukan uluran tangan dari penyedia jasa logistik layaknya marketplace yang berkutat dengan produk-produk fisik. Ingat, barang-barangnya bisa dikatakan tidak berwujud, dan hanya bisa dinikmati jika Anda memainkan game yang bersangkutan.

Game-game yang saya sebut di awal hanya sebagian kecil dari yang ada di itemku. Sampai artikel ini ditulis, total ada 36 game yang berbeda yang barang-barangnya diperdagangkan di platform itemku. Tidak melulu game desktop, game mobile seperti Clash of Clans, Growtopia maupun Mobile Legends juga ada di itemku.

Game-game mobile ini lebih mendominasi di kategori jual-beli akun, sedangkan game desktop memiliki porsi yang lebih besar di kategori jual-beli mata uang maupun item dalam game. Untuk semua jenis transaksi, peran itemku tetap sama, yakni memastikan semuanya berlangsung aman tanpa ada elemen tipu-tipu, baik untuk penjual maupun pembeli.

Peluang bisnis virtual item trading

Trading dalam game Ragnarok Online / q-RO

Saya yakin banyak pembaca yang bertanya, memangnya semenjanjikan apa peluang berdagang item dalam game? Virdie mencoba memberikan contoh pengalaman seorang penjual dengan nickname GTsellers, yang lapaknya dihuni oleh berbagai item dari game Growtopia.

Setiap bulannya, GTsellers yang dioperasikan oleh pemuda yang belum lama lulus SMA ini bisa meraup omzet di atas Rp 280 juta. Angka ini akan terdengar semakin fantastis setelah mengetahui bahwa dua barang yang paling laku harganya tidak lebih dari Rp 600 dan Rp 60.000 per bijinya. Dengan angka penjualan sebesar itu, GTsellers pastinya berhasil menjual setidaknya ribuan barang setiap bulannya.

Pertanyaan selanjutnya, berapa laba bersihnya? Untuk itu, Virdie memberikan contoh pengalaman pedagang lain, yaitu Veiksme Store yang berdagang item untuk game Dota 2. Dengan nilai transaksi bulanan sebesar Rp 10 juta, sang pelapak rupanya bisa meraup untung bersih sampai Rp 4 juta.

Testimoni-testimoni seperti ini sejatinya sudah bisa membuktikan kalau virtual item trading layak dijadikan bisnis sebenarnya walaupun konteksnya yang berbasis game kerap disepelekan banyak orang. Bermain game selagi mendapatkan uang dari hasil dagangan, saya kira konsep ini tidak kalah menarik dari menggeluti kancah esport – sekaligus lebih mudah dilakukan.

itemku sebagai platform

Daftar game yang didukung itemku / Screenshot

Sebagai perusahaan, itemku sendiri pastinya juga ingin mencari untung, apalagi mengingat dari awal mereka tidak pernah sekalipun mengatakan kalau platform-nya gratisan. Terkait bentuk monetisasinya, itemku menerima komisi dari setiap transaksi yang berlangsung, dan mereka juga menawarkan fitur premium buat pembeli sewaktu melakukan pemesanan dengan benefit tertentu.

Semakin banyak jumlah game yang didukung, semakin banyak pelapak dan semakin besar pula keuntungan yang bisa didapat itemku. Akan tetapi mereka tidak serta-merta menambahkan game baru tanpa melakukan riset terlebih dulu.

Riset yang dilakukan oleh tim internal khusus itu mencakup faktor-faktor seperti cara bertransaksi, market size, perilaku pengguna dalam bertransaksi dan lain sejenisnya. Setelahnya, itemku akan melihat apakah suatu game bisa dicantumkan dalam kategori jual-beli akun game, mata uang dan item dalam game, voucher game, dan lainnya untuk menentukan apakah game tersebut bisa masuk di platform itemku.

Jual-beli akun game ini memunculkan pertanyaan tersendiri di benak saya: apakah ini tidak menyalahi aturan yang dikeluarkan sang penerbit game? Pada kenyataannya, itemku terus melancarkan komunikasi baik-baik dengan sejumlah publisher, khususnya di Indonesia, dan sebagai bonus, kerja sama antara keduanya pun mungkin sekali dijalankan.

itemku juga dengan keras menolak kehadiran hacker maupun gamer yang kerap memanfaatkan bot demi meraup untung sebesar-besarnya, yang pada akhirnya dapat merusak kondisi ekonomi dalam game. Ini penting karena setiap bulannya ada kurang lebih 500 ribu user aktif yang mengakses itemku.

Hal lain yang menarik di mata saya dari itemku adalah bagaimana mereka secara tidak langsung menjadi sarana mudah bagi konsumen yang tak memiliki kartu kredit untuk membeli game orisinil dari platform macam Steam atau Origin, meski hal ini tentunya sangat bergantung terhadap stok yang dimiliki pelapak.

Dengan memanfaatkan metode-metode pembayaran seperti virtual account bank transfer, pembayaran via mini market, transfer saldo Go-Pay maupun potong pulsa, konsumen bisa membeli game dari Steam atau Origin tanpa menggunakan kartu kredit – tapi sekali lagi asalkan ada pelapak yang mempunyai barangnya. Tentu saja metode-metode ini juga berlaku untuk segala jenis transaksi dalam itemku.

Sebagai penutup, saya pribadi sangat senang melihat inovasi yang ditawarkan itemku karena pada dasarnya semua pihak sama-sama diuntungkan. Pembeli sekarang tidak perlu lagi khawatir menjadi korban penipuan seperti zaman saya masih menggeluti perdagangan Zeny kala bermain RO dulu, sedangkan mereka yang tertarik menjadikan game sebagai lahan berbisnis pun sekarang punya wadah yang lebih ideal ketimbang mengandalkan forum lokal.